Minggu, 10 November 2013

Alinea

Alinea atau paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas dan kalimat penutup. kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragrafdapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

  • Kesatuan Alinea
Sebuah alinea dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

  • Kepaduan Alinea
Seperti halnya kalimat efektif, dalam alinea ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.

Pentingnya penggunaan alinea didalam suatu penulisan yaitu agar:

  1. Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.
  2. memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.


Unsur-unsur yang dimiliki alinea yaitu kalimat utama atau kalimat pokok atau kalimat topik dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

Ciri-ciri kalimat utama
  1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
  2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
  3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
  4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi



Ciri-ciri Kalimat penjelas

  1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
  2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
  3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
  4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik


Alinea memiliki banyak macamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu: jenis alinea menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

 Jenis alinea menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama alinea adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah alinea. Berdasarkan posisi kalimat topik, alinea dapat dibedakan atas empat macam, yaitu: alinea deduktif, alinea induktif, alinea deduktif-induktif dan alinea penuh kalimat topik.

  • Alinea Deduktif
Adalah alinea yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal alinea,  yaitu alinea yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

  • Alinea Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir alinea akan terbentuk alinea induktif, yaitu alinea yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

  • Alinea Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir alinea, terbentuklah alinea deduktif-induktif. Kalimat pada akhir alinea umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal alinea.

  • Alinea penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun alinea sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

 Jenis alinea Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat dibedakan menjadi :
  • Alinea narasi
Alinea Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.

Alinea narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:
  1. Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
  2. Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.

  • Alinea Deskripsi
Alinea Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.

Ciri-ciri alinea deskriptif ialah:
  1. Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.
  2. Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
  3. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
  4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Didalam alinea deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:
  1. Pola Spasial
  2. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai kesan atau opini dari penulis dan Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.

  • Alinea Eksposisi
Alinea eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.

Ciri-ciri alinea eksposisi:
  1. Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan.
  2. Gaya penulisannya bersifat informatif.
  3. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.
  4. alinea eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.

Alinea eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
  1. Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan memfokuskan pada karakteristik topik itu sendiri.
  2. Eksposisi Klasifikasi ialah paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.
  3. Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.
  4. Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan "bagaikan."
  5. Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi", "meskipun begitu", "sebaliknya".
  6. Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar
  7. Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.
  8. Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.

  • Alinea Argumentasi
Alinea argumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri alinea argumentasi, yaitu:
  1. Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
  2. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.
  3. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
  4. Penutup berisi kesimpulan.

Jenis-jenis alinea argumentasi:
  1. Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.
  2. Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
  3. Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.



  • Alinea Persuasi
Alinea Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Ciri-ciri alinea persuasi, yaitu:
  1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
  2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
  3. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui epercayaan antara penulis dengan pembaca.
  4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
  5. Persuasi memerlukan fakta dan data.

 Jenis Alinea Menurut Fungsinya dalam Karangan
  • Alinea Pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
  1. Menghantar pokok pembicaraan
  2. Menarik minat pembaca
  3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
   
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
  1. Kutipan, peribahasa, anekdot
  2. Pentingnya pokok pembicaraan
  3. Pendapat atau pernyataan seseorang
  4. Uraian tentang pengalaman pribadi
  5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
  6. Sebuah pertanyaan.



  • Alinea Pengembang / Transisi / Inti

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
  1. Mengemukakan inti persoalan
  2. Memberikan ilustrasi
  3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
  4. Meringkas paragraf sebelumnya
  5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.

  • Alinea Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
  • Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
  • Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
  • Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya

Pengembangan alinea sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama alinea. Pengembangan alinea deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal alinea, pasti berbeda dengan pengembangan alinea induktif yang merupakan kebalikan dari alinea deduktif. Demikian juga dengan tipe alinea yang lainnya.

Selain kalimat topik, pengembangan alinea berhubungan pula dengan fungsi alinea yang akan dikembangkan: sebagai alinea pembuka, alinea pengembang, atau alinea penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga alinea tersebut dalam karangan saling berbeda .

Metode pengembangan alinea  akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan, yaitu: persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.

Setelah mempertimbangkan faktor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.

Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.

  • Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu

  •  Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

  • Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

  • Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.

  • Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.

  • Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.


Source and Reference :