Minggu, 24 November 2013

Outline Kerangka Karangan

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

Manfaat kerangka karangan adalah :
  • Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
  • Untuk menyusun karangan secara teratur.  
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

  • Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. 
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula  sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

  • Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. 
Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

  • Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

Macam–macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.
  • Berdasarkan Perinciannya

Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan sementara (informal) dan kerangka karangan formal.

Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan – perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat-kalimat, alinea-alinea atau bagian-bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.

Kerangka karangan informal (sementara) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.

Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub – ordinasi) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub – bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.

  • Berdasarkan Perumusan Teksnya

Dapat dibedakan menjadi :
  1. Kerangka Kalimat
  2. Kerangka Topik
  3. Gabungan Antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik


Pola susunan Kerangka karangan dapat dibedakan menjadi outline berpola alamiah dan berpola logis.
  • Outline Berpola Alamiah

Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial) dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada 

Urutan Waktu (kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.

Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi.

Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah .

Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif .

Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian–bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus di jelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.

Outline Berpola Logis
Adalah tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .

Macam – macam urutan logis yang dikenal :

Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian .

Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks . Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya.

Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.

Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian-perincian yang berusaha mencari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab .

Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut .

Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.

Urutan Umum – Khusus
Urutan umum – khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum.

Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil .

Urutan khusus – umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal-hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu-individu kemudian kelompok-kelompok. Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia .

Urutan umum – khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya urutan khusus – umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui. Urutan umum – khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab – akibat, klimaks, pemecahan masalah. Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau ilustrasi. Dalam ilustrasi mula-mula di kemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan-penjelasan dan bila perlu di kemukakan ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh atau perbandingan dan pertentangan.

Urutan Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.

Suatu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik – topik utama telah di pergunakan urutan waktu (kronologis), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik-topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan-satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk dapat membuat suatu kerangka karangan yang baik, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu :
  • Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan masksud.

  • Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.

Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersbut harus dirinci.

  • Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
  • Harus menggunakan simbol yang konsisten.

Supaya tingkatan-tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol-simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok-pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka-angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama (Tingkat I) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf – huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing – masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. Tanda – tanda itu harus di tempatkan sekian macam sehingga mudah di lihat.


Source and Reference :

Rabu, 13 November 2013

Topik, Tema dan Judul

 Topik

Secara etimologis, kata “topik” berasal dari kata bahasa Yunani, topoi yang berarti “tempat”. Ini berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang digarap menjadi karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? atau Hendak menulis tentang apa? 

Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya.


Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang berifat umum dan belum terurai berbeda dengan topik, adapun judul karangan pada umumnya adalah rincian dan penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara topik dan judul. Topik dapat menjadi judul karangan.namun, antara keduanya terdapat perbedaaan, topik adalah payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya. Sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah. 

Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemiihan topik. Pada jelnis karangna lain pada artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai, serta dapat diganti-ganti sepanjang hal itu relevan dengan isi karangan dan sesuai dengan topik yang ditentukan.

Tak jarang seorang openulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis daat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut.
  1. Pengalaman Pribadi
  2. Hobi dan Keterampilan 
  3. Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
  4. Pelajaran Sekolah/Kuliah
  5. Pendapat pribadi
  6. Peristiwa Hangat dan Pembicaraan publik
  7. Masalah Abadi
  8. Kilasan Biografi
  9. Kejadian khusus
  10. Minat Khalayak


Topik adalah segala yang ingin dibahas. Ini berarti, penulis sudah memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan tersebut. Menurut Sabarti Akhadiah (1994: 211), ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik:
  1. Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi
  2. Cukup menarik untuk dibahas
  3. Dikenal dengan baik
  4. Bahannya mudah diperoleh
  5. Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit


Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan langkah sebagai berikut: Pertama, tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral. Kedua, ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut atau tidak. Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran topik pertama tadi. Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut atau tidak. Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.

Tema

Secara etimologis, kata “tema” berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti ”sesuatu yang telah diuraikan. Ini berarti tema merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Tema berarti pokok pemikiran. Pokok pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk menjamin penyampaian ide secara teratur dan jelas sehingga isi karangan akan dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah.

Tema hendaknya harus diungkapkan secara eksplisit agar dapat membantu memudahkan penulis dalam menulis sebuah kerangka karangan (outline).

Berikut ini adalah ciri-ciri tema yang dapat dikatakan baik :
  1. Ruang lingkupnya sempit dan terbatas
  2. Memiliki data dan fakta yang efektif
  3. Memiliki sumber acuan
  4. Bermanfaat
  5. Menarik perhatian
  6. Diketahui dan dipahami penulis


 Judul

Judul adalah identitas dari jiwa seluruh karya tulis yang bersifat menjelaskan diri, menarik perhatian dan terkadang menentukan lokasi. Judul merupakan nama yang dipakai untuk tulisan, buku, bab dalam buku, kepala berita dan lain-lain.

Judul dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
  1. Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya dengan bagian utama berita terlihat jelas.
  2. Judul tak langsung : Judul yang hubungannya tidak langsung dengan bagian utama berita, tetapi tetap menjiwai seluruh isi tulisan.


Dalam menulis judul karangan ilmiah, ada beberapa kriteria agar judul yang dipakai dapat dikatakan sebagai judul yang baik: 
  1. Harus sesuai dengan topik atau isi dan jangkauannya. 
  2. Sebaiknya dinyatakan dengan frasa atau kelompok kata, bukan kalimat.
  3. Sesingkat mungkin. Usahakan tidak lebih dari 5 kata.
  4. Sejelas mungkin, tidak dalam bentuk konotatif dan tidak bermakna ambiguitas.
  5. Provokatif, memancing orang untuk membaca tulisan itu.

Source and Reference :

Minggu, 10 November 2013

Alinea

Alinea atau paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas dan kalimat penutup. kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragrafdapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

  • Kesatuan Alinea
Sebuah alinea dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

  • Kepaduan Alinea
Seperti halnya kalimat efektif, dalam alinea ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.

Pentingnya penggunaan alinea didalam suatu penulisan yaitu agar:

  1. Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.
  2. memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.


Unsur-unsur yang dimiliki alinea yaitu kalimat utama atau kalimat pokok atau kalimat topik dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

Ciri-ciri kalimat utama
  1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
  2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
  3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
  4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi



Ciri-ciri Kalimat penjelas

  1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
  2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
  3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
  4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik


Alinea memiliki banyak macamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya, yaitu: jenis alinea menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

 Jenis alinea menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama alinea adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah alinea. Berdasarkan posisi kalimat topik, alinea dapat dibedakan atas empat macam, yaitu: alinea deduktif, alinea induktif, alinea deduktif-induktif dan alinea penuh kalimat topik.

  • Alinea Deduktif
Adalah alinea yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal alinea,  yaitu alinea yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

  • Alinea Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir alinea akan terbentuk alinea induktif, yaitu alinea yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

  • Alinea Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir alinea, terbentuklah alinea deduktif-induktif. Kalimat pada akhir alinea umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal alinea.

  • Alinea penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun alinea sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

 Jenis alinea Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat dibedakan menjadi :
  • Alinea narasi
Alinea Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.

Alinea narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:
  1. Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
  2. Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.

  • Alinea Deskripsi
Alinea Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.

Ciri-ciri alinea deskriptif ialah:
  1. Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.
  2. Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
  3. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
  4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Didalam alinea deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:
  1. Pola Spasial
  2. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai kesan atau opini dari penulis dan Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.

  • Alinea Eksposisi
Alinea eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.

Ciri-ciri alinea eksposisi:
  1. Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan.
  2. Gaya penulisannya bersifat informatif.
  3. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.
  4. alinea eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.

Alinea eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
  1. Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan memfokuskan pada karakteristik topik itu sendiri.
  2. Eksposisi Klasifikasi ialah paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.
  3. Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.
  4. Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan "bagaikan."
  5. Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi", "meskipun begitu", "sebaliknya".
  6. Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar
  7. Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.
  8. Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.

  • Alinea Argumentasi
Alinea argumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri alinea argumentasi, yaitu:
  1. Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
  2. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.
  3. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
  4. Penutup berisi kesimpulan.

Jenis-jenis alinea argumentasi:
  1. Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.
  2. Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
  3. Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.



  • Alinea Persuasi
Alinea Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Ciri-ciri alinea persuasi, yaitu:
  1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
  2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
  3. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui epercayaan antara penulis dengan pembaca.
  4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
  5. Persuasi memerlukan fakta dan data.

 Jenis Alinea Menurut Fungsinya dalam Karangan
  • Alinea Pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
  1. Menghantar pokok pembicaraan
  2. Menarik minat pembaca
  3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
   
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
  1. Kutipan, peribahasa, anekdot
  2. Pentingnya pokok pembicaraan
  3. Pendapat atau pernyataan seseorang
  4. Uraian tentang pengalaman pribadi
  5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
  6. Sebuah pertanyaan.



  • Alinea Pengembang / Transisi / Inti

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
  1. Mengemukakan inti persoalan
  2. Memberikan ilustrasi
  3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
  4. Meringkas paragraf sebelumnya
  5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.

  • Alinea Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
  • Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
  • Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
  • Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya

Pengembangan alinea sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama alinea. Pengembangan alinea deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal alinea, pasti berbeda dengan pengembangan alinea induktif yang merupakan kebalikan dari alinea deduktif. Demikian juga dengan tipe alinea yang lainnya.

Selain kalimat topik, pengembangan alinea berhubungan pula dengan fungsi alinea yang akan dikembangkan: sebagai alinea pembuka, alinea pengembang, atau alinea penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga alinea tersebut dalam karangan saling berbeda .

Metode pengembangan alinea  akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan, yaitu: persuasif, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.

Setelah mempertimbangkan faktor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.

Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.

  • Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu

  •  Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

  • Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

  • Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.

  • Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.

  • Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.


Source and Reference :

Minggu, 03 November 2013

Kalimat Efektif

Menurut pengertian yang paling umum, kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.

Sebuah kalimat efektif, harus dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Selain itu, kalimat efektif juga harus dapat mewakili pikran penulis/pembaca secara pas dan jitu sehingga pendengar/pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.

Untuk dapat dikatakan efektif, sebuah kalimat perlu memenuhi enam syarat, yaitu adanya kesatuan, kepaduan, kepararelan, ketepatan, kehematan, kelogisan.

1.    Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Artinya, dalam setiap kalimat hanya ada satu maksud utama penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh pembaca/pendengar.

2.    Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaskud dengan koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, tanda baca dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-Ket).

3.    Kepararelan
Kepararelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Misalkan dalam sebuah perincian, jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina.

4.    Ketepatan
Yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, ada kalanya kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang paling tepat.

5.    Kehematan
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Berikut ini, terdapat beberapa kriteria yang diperlukan untuk penghematan kalimat.
  • Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
  • Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
  • Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
  • Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakan kata-kata yang berbentuk jamak.

6.    Kelogisan

Adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis(runtut/terarur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaina tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa. 

source and reference :
  • Komposisi Bahasa Indonesia
  • Bahasa Indonesia SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN